Kisah-Kisah Gaib dalam Hadits Shahih Darul Falah. Diskon 20%
- Rp 100.000 Rp 80.000
- Availability: In Stock
Buku Kisah-Kisah Gaib dalam Hadits Shahih yang dikarang oleh Ustadz Dr. Umar Sulaiman aI-Asyqar ini secara komprehensif mencakup kisah yang terbanyak diberitakan kepada kita oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang berita-berita orang-orang terdahulu dari kalangan para nabi, para rasul, orang-orang shalih, dan orang-orang jahat. Kisah-kisah dalam buku ini dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok diawali dengan mukadimah. Semua itu diambil seutuhnya dari kitab Shahih AI-Qashash An-Nabawi. Kelompok pertama adalah kisah-kisah yang akan terjadi di Hari Kiamat. Kelompok kedua adalah kisah-kisah gaib yang terjadi setelah kisah itu dikabarkan. Atau yang kejadiannya terus-menerus, seperti kisah perjalanan kematian. Kelompok ketiga adalah kisah-kisah gaib yang akan datang yang belum pernah terjadi selama ini. Dan buku ini dilengkapi dengan takhrij hadits, kosa kata, syarah, faidah-faidah dan hukum-hukumnya. Insya Allah buku ini memberikan manfaat yang banyak bagi kita semua.
Iman kepada yang gaib adalah dasar di antara sejumlah dasar-dasar iman. Iman tidak sempurna melainkan dengannya. Allah, para malaikat, tanda-tanda Kiamat, berita-berita tentang alam barzakh, ke-bangkitan kembali, surga dan neraka, hingga iman kepada para rasul dan kitab adalah beberapa perkara gaib. Maka, yang dimaksud dengan beriman kepada keduanya adalah iman bahwa para rasul diutus oleh Allah, kitab-kitab diturunkan dari sisi-Nya, semua itu gaib. Siapa saja mendustakan perkara gaib, maka dia mendustakan Allah dengan berbagai kabar dari-Nya dan mendustakan Rasulullah Shallallahu Aiaihi wa Sailam dengan apa-apa yang beliau bawa dari sisi Rabbnya. Allah Tabaraka wa Ta'ala Maha Mengetahui segala perkara gaib dan segala yang nyata. Dalam pengetahuan-Nya tidak ada perbedaan antara dua alam itu. Semua yang gaib telah tercatat di Lauh Mahfudz. Tidak satu pun di antaranya yang hilang dan tidak ada pertambahan padanya. Juga tidak ada perkurangan. Di antaranya adalah kisah-kisah disampaikan dalam kitab-Nya, atau yang Dia ajarkan kepada Rasul-Nya. Semua itu tidak seperti kisah-kisah khayalan dan mengada-ada.
Manusia sangat suka kepada berbagai kisah dongengan yang berbicara tentang berbagai kejadian yang diada-adakan atau dikhayalkan. Kadang-kadang memiliki asal-usul, tetapi akal manusia telah mengubah dan mengganti sehingga menjadikannya lebih dekat kepada dongengan daripada sesungguhnya.
Sebagian para penulis dengan sangat cerdas menuliskan kisah-kisah imajinasi yang tidak bisa dibuktikan kejadiannya. Yang demikian ini disebut sebagai kedustaan. Cerita yang mengada-ada disebut dengan nama fiksi ilmiah (science fiction). Padahal, semua itu tidak ilmiah. Kebanyakan darinya hanyalah berupa berbagai khayalan bohong, kenyataan tidak memiliki keaslian di dalamnya. Manusia memasukkan berbagai teori dan komentar filosofis ke dalamnya untuk menutupl kegaiban yang akan datang. Oleh sebab itu, kebanyakan
khayalan seperti ini hanyalah bentangan imajinasi para penyusun dongengan seribu satu malam. Yaitu bentangan dari apa-apa yang dibicarakan oleh para filusuf yang dinamakan metafisika (apa-apa yang berada dibalik alam nyata).
Sesungguhnya kisah-kisah dari hadits tentang gaib berikut ini benar adanya dan tidak ada kedustaan di dalamnya. Juga benar akan terjadi sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sailam dengan tanpa tambahan dan pengurangan, karena itu adalah wahyu yang diberikan kepada Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- . Rasulullah telah mengajarkan kepada para shahabat dan para musuhnya tentang hal gaib yang selalu beredar di dalam hati mereka. Atau hal gaib yang tidak diketahui oleh selain mereka. Atau hal gaib yang akan terjadi di dalam kehidupan mereka, sehingga mereka menyaksikannya di hari-hari yang akan datang sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam-
Dua orang datang kepada Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- bertanya tentang berbagai perkara yang sangat penting bagi mereka. Maka, beliau bersabda kepada keduanya, "Jika kalian mau, kujawab tentang apa yang kalian bawa untuk kalian tanyakan kepadaku. Dan jika kalian mau kalian bertanya kepadaku dan aku mengabarkannya kepada kalian. Maka, masing-masing dari kedua orang itu memilih agar Rasulullah Shallailahu Aiaihi wa Sailam mengajarkan kepadanya tentang apa yang dia bawa untuk ditanyakan. Ketika Rasulullah rnenyampaikan kepada masing-masing dari keduanya tentang apa-apa yang hendak dia tanyakan, dia berkata, "Tidak, demi Dzat yang mengutusmu dengan haq, engkau tidak salah sedikit pun tentang apa-apa yang ada di dalam diriku." [Mawarid Azh-Zham'an, 1/406, no. 801]
Di masa setelah Perang Badar, Umair bin Wahb Al-Jumahi dan Shafwan bin Umayyah mengadakan pertemuan rahasia di suatu tempat di Makkah. Shafwan menjamin pembayarannya diberikan nanti kepada Umair dan Juga akan memenuhi tanggungan menafkahi keluarganya apabila sepeninggalnya nanti. Dan Umair pun berjanji akan menemui Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- untuk menebus anaknya yang tertawan di masa Perang Badar sekaligus membunuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Pada suatu ketika, Umar bin AI-Khaththab cemas saat melihat Umair bin Wahb Al-Jumahi akan menemui Rasulullah. Segera, Umar hentikannya dan dengan ikatan selendang membawanya ke hadapan Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- . Rasulullah memerintahkan kepada Umar agar melepaskan ikatannya. Lalu beliau bertanya kepada Umair bin Wahb Al-Jumahi tentang maksud kedatangannya. Kemudian Umair bin Wahb Al-Jumahi menyampaikan kepada beliau bahwa dia datang dengan maksud hendak menebus anaknya. Akan tetapi, Rasulullah menyampaikan kepadanya tentang kesepakatan rahasia yang telah terjadi antara dirinya (Umair bin Wahb Al-Jumahi) dan Shafwan bin Umayyah. Pengungkapan ini sangat mengguncangkan dirinya. Dia menjadi sadar bahwa beliau adalah Rasul Allah sesungguhnya. Kemudian, dia langsung menyatakan keislamannya saat itu juga.[ Rujuk As-Sirah, karya Ibnu Hisyam, 2/316; dan Al-ishabah, karya Ibnu Hajar. 3/37]
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menyampaikan tentang terjadinya berbagai penaklukan yang akan mereka capai dan pengalaman berupa berbagai macam peperangan dan lain sebagainya akan mereka hadapi. Bahkan orang-orang musyrik yakin akan semua itu. dalam buku ini menghimpun lebih banyak hadits tentang kisah di masa akan dating. Sesungguhnya martabat kisah-kisah nabawi dalam hal keutamaan berada setelah martabat keutamaan kisah-kisah qur'ani, mengingat Al-Qur"an adalah firman Allah. Sedangkan kebanyakan kisah-kisah nabawi adalah wahyu dari sisi Allah. Oleh sebab itu, keduanya sejalan dalam hal sumber dan tujuan. Tujuan-tujuan kisah-kisah dalam hadits nabawi sama sebagaimana tujuan-tujuan AI-Qur"an dengan kisah-kisahnya. Keduanya bertujuan untuk memberikan bekal bagi para da'i dan orang-orang shalih. Bekal ruhiah yang dikandung oleh kisah. Juga memberikan minuman bagi banyak arwah, hati, dan akal orang-orang Mukmin. Maka, kisah qur' ani dan hadits merasuk ke dalam sosok jiwa manusia sebagai sebuah aliran yang sangat halus dan jernih. Di dalam kejadian dan kalimat-kalimatnya terkandung banyak nasihat dan faidah. Mengarahkan kepada yang lurus serta menghardik dari berbagai dosa dan kebinasaan.
Dalam buku ini, sebagaimana judulnya yang menginformasikan kepada Anda, uraian hanya terbatas pada hadits-hadits shahih yang memang shahih isnadnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Aku tidak menentang hal ini, kecuali dalam sedikit kisah yang mauquf hanya sampai kepada shahabat Nabi. Isnadnya shahih dari mereka dan sangat besar kemungkinan mereka mendengarnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan besar kemungkinan juga mereka mengetahui dari selainnya.
Sumber pembahasan dalam buku ini terbatas hanya mencantumkan hadits-hadits shahih, bukan hadits yang cacat, hadits lemah, hadits bathil, atau hadits palsu. Karena apabila hadits-hadits yang tidak shahih isnadnya hingga kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam itu merupakan pendustaan. Mendustakan Allah dan mendustakan Rasul-Nya adalah bagian dari kejahatan. Maka, tidak boleh sembarangan menisbatkan hadits-hadits kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Saliam jika hadits itu berisi suatu kisah. Karena kisah-kisah adalah berita-berita dan kejadian-kejadian yang bersifat gaib. ; Kita beriman kepada perkara gaib yang benar. Sedangkan iman kepada hal-hal gaib yang tidak diketahui melainkan melalui jalur wahyu yang tidak baku dari Allah atau Rasul-Nya, maka yang demikian itu adalah penyelewengan jalan dan kesesatan arah. Lebih dari kisah-kisah dusta ini yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada gilirannya banyak membawa akidah, akhlak, dan nilai-nilai yang bathil yang akan menyusup ke dalam sosok manusia tanpa bersusah-payah dan bekerja keras.
Kisah-kisah dusta merupakan kendaraan yang sangat mudah bagi mereka yang hendak menyesatkan kaum Muslimin. Oleh sebab itu, banyak ulama yang memberikan peringatan akan adanya berbagai kerusakan di dalam kisah-kisah dusta, sebagaimana mereka juga
Memberikan peringatan dari para penutur kisah yang tidak mengetahui hadits shahih dari hadits cacat Untuk memberikan peringatan itu mereka menyusun berbagai buku. Yang demikian itu karena besarnya bahaya mereka yang menjadikan agama sebagai kisah-kisah yang serupa dengan cerita-cerita dongeng. Di antara semua itu adalah apa yang dilakukan oleh sebagian orang-orang di zaman modern ini. Mereka menghancurkan sirah nabawiah dengan memaparkan cerita-cerita dongeng. Dengan demikian mereka berhasil menghancurkan watak kaum Muslimin melalui agama mereka sendiri.
Kisah-kisah dalam buku ini terbagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok diawali dengan mukadimah. Mukadimah ini sebagai pengenalan kisah dan penjelasan terhadap nilai-nilai penting secara umum dan kisah-kisah Al-Qurvan dan hadits secara khusus. Semua itu diambil seutuhnya dari kitab Shahih Al-Qashash An-Nabawi. Kelompok pertama adalah kisah-kisah yang akan terjadi di Hari Kiamat. Kelompok kedua adalah kisah-kisah terjadi setelah dikabarkannya. Atau yang kejadiannya terus-menerus, seperti kisah perjalanan kematian. Kelompok ketiga adalah kisah-kisah gaib yang akan datang yang belum pernah terjadi selama ini.
Iman kepada yang gaib adalah dasar di antara sejumlah dasar-dasar iman. Iman tidak sempurna melainkan dengannya. Allah, para malaikat, tanda-tanda Kiamat, berita-berita tentang alam barzakh, ke-bangkitan kembali, surga dan neraka, hingga iman kepada para rasul dan kitab adalah beberapa perkara gaib. Maka, yang dimaksud dengan beriman kepada keduanya adalah iman bahwa para rasul diutus oleh Allah, kitab-kitab diturunkan dari sisi-Nya, semua itu gaib. Siapa saja mendustakan perkara gaib, maka dia mendustakan Allah dengan berbagai kabar dari-Nya dan mendustakan Rasulullah Shallallahu Aiaihi wa Sailam dengan apa-apa yang beliau bawa dari sisi Rabbnya. Allah Tabaraka wa Ta'ala Maha Mengetahui segala perkara gaib dan segala yang nyata. Dalam pengetahuan-Nya tidak ada perbedaan antara dua alam itu. Semua yang gaib telah tercatat di Lauh Mahfudz. Tidak satu pun di antaranya yang hilang dan tidak ada pertambahan padanya. Juga tidak ada perkurangan. Di antaranya adalah kisah-kisah disampaikan dalam kitab-Nya, atau yang Dia ajarkan kepada Rasul-Nya. Semua itu tidak seperti kisah-kisah khayalan dan mengada-ada.
Manusia sangat suka kepada berbagai kisah dongengan yang berbicara tentang berbagai kejadian yang diada-adakan atau dikhayalkan. Kadang-kadang memiliki asal-usul, tetapi akal manusia telah mengubah dan mengganti sehingga menjadikannya lebih dekat kepada dongengan daripada sesungguhnya.
Sebagian para penulis dengan sangat cerdas menuliskan kisah-kisah imajinasi yang tidak bisa dibuktikan kejadiannya. Yang demikian ini disebut sebagai kedustaan. Cerita yang mengada-ada disebut dengan nama fiksi ilmiah (science fiction). Padahal, semua itu tidak ilmiah. Kebanyakan darinya hanyalah berupa berbagai khayalan bohong, kenyataan tidak memiliki keaslian di dalamnya. Manusia memasukkan berbagai teori dan komentar filosofis ke dalamnya untuk menutupl kegaiban yang akan datang. Oleh sebab itu, kebanyakan
khayalan seperti ini hanyalah bentangan imajinasi para penyusun dongengan seribu satu malam. Yaitu bentangan dari apa-apa yang dibicarakan oleh para filusuf yang dinamakan metafisika (apa-apa yang berada dibalik alam nyata).
Sesungguhnya kisah-kisah dari hadits tentang gaib berikut ini benar adanya dan tidak ada kedustaan di dalamnya. Juga benar akan terjadi sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sailam dengan tanpa tambahan dan pengurangan, karena itu adalah wahyu yang diberikan kepada Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- . Rasulullah telah mengajarkan kepada para shahabat dan para musuhnya tentang hal gaib yang selalu beredar di dalam hati mereka. Atau hal gaib yang tidak diketahui oleh selain mereka. Atau hal gaib yang akan terjadi di dalam kehidupan mereka, sehingga mereka menyaksikannya di hari-hari yang akan datang sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam-
Dua orang datang kepada Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- bertanya tentang berbagai perkara yang sangat penting bagi mereka. Maka, beliau bersabda kepada keduanya, "Jika kalian mau, kujawab tentang apa yang kalian bawa untuk kalian tanyakan kepadaku. Dan jika kalian mau kalian bertanya kepadaku dan aku mengabarkannya kepada kalian. Maka, masing-masing dari kedua orang itu memilih agar Rasulullah Shallailahu Aiaihi wa Sailam mengajarkan kepadanya tentang apa yang dia bawa untuk ditanyakan. Ketika Rasulullah rnenyampaikan kepada masing-masing dari keduanya tentang apa-apa yang hendak dia tanyakan, dia berkata, "Tidak, demi Dzat yang mengutusmu dengan haq, engkau tidak salah sedikit pun tentang apa-apa yang ada di dalam diriku." [Mawarid Azh-Zham'an, 1/406, no. 801]
Di masa setelah Perang Badar, Umair bin Wahb Al-Jumahi dan Shafwan bin Umayyah mengadakan pertemuan rahasia di suatu tempat di Makkah. Shafwan menjamin pembayarannya diberikan nanti kepada Umair dan Juga akan memenuhi tanggungan menafkahi keluarganya apabila sepeninggalnya nanti. Dan Umair pun berjanji akan menemui Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- untuk menebus anaknya yang tertawan di masa Perang Badar sekaligus membunuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Pada suatu ketika, Umar bin AI-Khaththab cemas saat melihat Umair bin Wahb Al-Jumahi akan menemui Rasulullah. Segera, Umar hentikannya dan dengan ikatan selendang membawanya ke hadapan Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- . Rasulullah memerintahkan kepada Umar agar melepaskan ikatannya. Lalu beliau bertanya kepada Umair bin Wahb Al-Jumahi tentang maksud kedatangannya. Kemudian Umair bin Wahb Al-Jumahi menyampaikan kepada beliau bahwa dia datang dengan maksud hendak menebus anaknya. Akan tetapi, Rasulullah menyampaikan kepadanya tentang kesepakatan rahasia yang telah terjadi antara dirinya (Umair bin Wahb Al-Jumahi) dan Shafwan bin Umayyah. Pengungkapan ini sangat mengguncangkan dirinya. Dia menjadi sadar bahwa beliau adalah Rasul Allah sesungguhnya. Kemudian, dia langsung menyatakan keislamannya saat itu juga.[ Rujuk As-Sirah, karya Ibnu Hisyam, 2/316; dan Al-ishabah, karya Ibnu Hajar. 3/37]
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menyampaikan tentang terjadinya berbagai penaklukan yang akan mereka capai dan pengalaman berupa berbagai macam peperangan dan lain sebagainya akan mereka hadapi. Bahkan orang-orang musyrik yakin akan semua itu. dalam buku ini menghimpun lebih banyak hadits tentang kisah di masa akan dating. Sesungguhnya martabat kisah-kisah nabawi dalam hal keutamaan berada setelah martabat keutamaan kisah-kisah qur'ani, mengingat Al-Qur"an adalah firman Allah. Sedangkan kebanyakan kisah-kisah nabawi adalah wahyu dari sisi Allah. Oleh sebab itu, keduanya sejalan dalam hal sumber dan tujuan. Tujuan-tujuan kisah-kisah dalam hadits nabawi sama sebagaimana tujuan-tujuan AI-Qur"an dengan kisah-kisahnya. Keduanya bertujuan untuk memberikan bekal bagi para da'i dan orang-orang shalih. Bekal ruhiah yang dikandung oleh kisah. Juga memberikan minuman bagi banyak arwah, hati, dan akal orang-orang Mukmin. Maka, kisah qur' ani dan hadits merasuk ke dalam sosok jiwa manusia sebagai sebuah aliran yang sangat halus dan jernih. Di dalam kejadian dan kalimat-kalimatnya terkandung banyak nasihat dan faidah. Mengarahkan kepada yang lurus serta menghardik dari berbagai dosa dan kebinasaan.
Dalam buku ini, sebagaimana judulnya yang menginformasikan kepada Anda, uraian hanya terbatas pada hadits-hadits shahih yang memang shahih isnadnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Aku tidak menentang hal ini, kecuali dalam sedikit kisah yang mauquf hanya sampai kepada shahabat Nabi. Isnadnya shahih dari mereka dan sangat besar kemungkinan mereka mendengarnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan besar kemungkinan juga mereka mengetahui dari selainnya.
Sumber pembahasan dalam buku ini terbatas hanya mencantumkan hadits-hadits shahih, bukan hadits yang cacat, hadits lemah, hadits bathil, atau hadits palsu. Karena apabila hadits-hadits yang tidak shahih isnadnya hingga kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam itu merupakan pendustaan. Mendustakan Allah dan mendustakan Rasul-Nya adalah bagian dari kejahatan. Maka, tidak boleh sembarangan menisbatkan hadits-hadits kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Saliam jika hadits itu berisi suatu kisah. Karena kisah-kisah adalah berita-berita dan kejadian-kejadian yang bersifat gaib. ; Kita beriman kepada perkara gaib yang benar. Sedangkan iman kepada hal-hal gaib yang tidak diketahui melainkan melalui jalur wahyu yang tidak baku dari Allah atau Rasul-Nya, maka yang demikian itu adalah penyelewengan jalan dan kesesatan arah. Lebih dari kisah-kisah dusta ini yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada gilirannya banyak membawa akidah, akhlak, dan nilai-nilai yang bathil yang akan menyusup ke dalam sosok manusia tanpa bersusah-payah dan bekerja keras.
Kisah-kisah dusta merupakan kendaraan yang sangat mudah bagi mereka yang hendak menyesatkan kaum Muslimin. Oleh sebab itu, banyak ulama yang memberikan peringatan akan adanya berbagai kerusakan di dalam kisah-kisah dusta, sebagaimana mereka juga
Memberikan peringatan dari para penutur kisah yang tidak mengetahui hadits shahih dari hadits cacat Untuk memberikan peringatan itu mereka menyusun berbagai buku. Yang demikian itu karena besarnya bahaya mereka yang menjadikan agama sebagai kisah-kisah yang serupa dengan cerita-cerita dongeng. Di antara semua itu adalah apa yang dilakukan oleh sebagian orang-orang di zaman modern ini. Mereka menghancurkan sirah nabawiah dengan memaparkan cerita-cerita dongeng. Dengan demikian mereka berhasil menghancurkan watak kaum Muslimin melalui agama mereka sendiri.
Kisah-kisah dalam buku ini terbagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok diawali dengan mukadimah. Mukadimah ini sebagai pengenalan kisah dan penjelasan terhadap nilai-nilai penting secara umum dan kisah-kisah Al-Qurvan dan hadits secara khusus. Semua itu diambil seutuhnya dari kitab Shahih Al-Qashash An-Nabawi. Kelompok pertama adalah kisah-kisah yang akan terjadi di Hari Kiamat. Kelompok kedua adalah kisah-kisah terjadi setelah dikabarkannya. Atau yang kejadiannya terus-menerus, seperti kisah perjalanan kematian. Kelompok ketiga adalah kisah-kisah gaib yang akan datang yang belum pernah terjadi selama ini.